Tulisan ini saya bikin dengan mencuri waktu di sela-sela forum,
menyelinap beberapa momentum untuk bisa menulis. Kerja saya seperti
Setan: berupaya pandai menggali peluang untuk memasukkan partikel energi
dan nilainya ke pori-pori kejiwaan manusia.
Dan untuk manusia di
jaman ini, hal yang dilakukan Setan semacam itu bukan pekerjaan sulit,
karena manusia sudah hampir tidak memiliki pertahanan apapun terhadap
penetrasi Setan.
Juga karena manusia sudah semakin tidak mengenali
dirinya sendiri, apalagi mengenali Setan, sehingga tidak pernah secara
sadar atau instinktif mengetahui apakah ia sedang dipengaruhi oleh
Setan, apakah sedang berjalan didorong dan dimotivasi oleh Setan, apakah
ia sedang menyelenggarakan sesuatu yang pengambil keputusan sebenarnya
adalah Setan di dalam dirinya.
Tentu saja Setan tidak bisa kita
pandang dengan terminologi materi atau jasadiyah. Ia lebih merupakan
enerji, atau gelombang. Sedemikian rupa manusia harus mempelajari
dirinya sendiri: dari wujud materiilnya, psiche-nya, roh atau rohaninya.
Kita
sedang meyakini bahwa kita adalah manusia, adalah makhluk sosial,
adalah warganegara Indonesia, adalah bagian dari masyarakat dunia,
adalah kaum profesional, adalah Ulama, anggota Parlemen, pejabat,
aktivis Ornop, golongan intelektual atau apapun. Tetapi itu semua adalah
termin-termin yang sangat materiil, baku dan elementer. Sesungguhnya
kita tidak benar-benar mengenali diri kita pada atau sebagai
dimensi-dimensi yang lebih substansial.
Kita, pada konteks
tertentu, dan itu sangtat serius dan merupakan mainstream: mungkin
sekali adalah boneka-bonekanya Setan. Kita hanya robot yang diremot oleh
kehendak Setan. Kita hanya instrumen dari kemauan-kemauan Setan.
Anda
mungkin menganggap saya main-main retorika. Tidak. Ini sungguh-sungguh.
Jangan mengandalkan ilmu pengetahuan baku dari sekolahan dan
universitas, sebab penelitian-penelitian di wilayah itu tidak akan
sampai pada hipotesis, identifikasi atau invensi tentang Tuhan,
Malaikat, Iblis, Jin dlsb — yang sesungguhnya merupakan wujud nyata
sehari-hari kehidupan kita.
Kita sedang menghabiskan waktu untuk
bermain-main menunggu kematian tiba. Mainan kita namanya Negara,
demokrasi, Pemilu, clean governance, pengajian, tausiyah, mau’idhah
hasanah, band dan lagu-lagu, tayangan dan sinetron…. Semua itu tidak
benar-benar kita pahami bahwa bukanlah kita subyek utamanya.
Tentu
ini semua harus sangat panjang ditelusuri, dianalisis, dipaparkan dan
disosialisasikan. Tulisan ini sekedar membukakan pintu agar manusia
mulai mempelajari Setan, sebagai salah satu metoda paling pragmatis dan
efektif untuk mengenali dirinya. Sebab hanya dengan benar-benar
mengenali dirinya maka manusia akan bisa berpartisipasi untuk turut
menjamin keselamatan dirinya, keluarganya, anak cucunya, lewat Negara,
sistem sosial atau apapun.
Anda semua semua sedang menjadi korban
tipu daya dari segala sesuatu yang Anda sangka kemajuan, kesejahteraan,
pembangunan, segala yang indah-indah di layar teve, di halaman koran, di
kantor-kantor pemerintahan dan perusahaan, bahkan di pasar, di
panggung, di gardu dan di manapun.
Tolong jangan membantah dulu
sebelum mempelajari Setan, dalam segala wilayah, konteks dan skala.
Pelajari setan untuk individumu, untuk keluargamu, untuk keselamatan
anak-anakmu tahun-tahun yang akan datang, untuk masyarakat dan bangsamu.
Tuhan bilang “Mereka melakukan tipu daya, dan Aku juga…. Aku kasih waktu sejenak kepada mereka….”
Jatah
untuk menyembuhkan diri bagi bangsa kita sudah berlalu. Ramadlan dan
Idul Fitri sudah kita lalui tanpa makna apa-apa. Metabolisme zaman sudah
tiba di putaran di mana kita memerlukan jangka waktu yang akan jauh
lebih lama lagi untuk bisa menyembuhkan dan menyelamatkan kita semua
sebagai bangsa. Segala sesuatu sudah kita jalani, kita junjung, tanpa
melahirkan paradigma baru apapun di bidang apapun. Indonesia sudah
“mati”. Tahun 2008-2015 akan semakin terpecah, semakin tertipu daya,
semakin lapar dan panas, semakin stress dan deppressed, karena kita sendiri sudah terbiasa menipu daya diri kita sendiri.
Semua
sisi kehidupan kita sudah palsu. Setan bilang kepada saya: “Tidak ada
tantangan lagi. Manusia bukan tandingan Setan sama sekali. Manusia
sangat mudah kami kendalikan. Sangat tidak memiliki kepegasan dan
ketahanan untuk mempertahankan kemanusiaannya. Sungguh sudah tidak
menarik lagi bertugas sebagai Setan….”
Di dalam Kitab Suci ada
disebutkan: “Dan ketika dikatakan kepada Malaikat: Bersujudlah kepada
Adam, maka bersujudlah mereka, kecuali Iblis, karena sombong dan lalai…”
Diam-diam
dibisikkan kepada saya oleh Setan: “Kami sengaja tidak bersujud kepada
Adam, kami minta satu periode zaman saja kepada Tuhan untuk membuktikan
argumentasi kenapa kami tidak bersujud kepada Adam. Hari ini saya
nyatakan: Tidak relevan Iblis bersujud kepada Adam, karena anak turun
Adam sekarang terbukti sangat beramai-ramai dan kompak menyembah
Iblis….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar